Pemenung, duduk di serambi. Mulutnya merayan, kepalanya
penuh delusi. Udara yang berembus di sela rambutnya tak pelak dihiraukan. Di
sudut matanya, ada kerisauan membuncah. Wajahnya sesat pusat. Mimpi yang datang
dinihari, di bulan ke sembilan, seperti tak direstui. Restu bahkan tak datang
dari pikirannya sendiri. Lantas membuatnya semak hati.
Pemenung, di mana pikiranmu bertualang? Adakah risak yang
perlu kau ceritakan? Bahkan pada telingaku yang datang dinihari dan tak kau
restui?