Selasa, 09 Agustus 2016

Kota Ini Penuh Belatung

Kota itu tampak seperti ibu yang sedang memasung anak kandungnya.

"Jangan ke mana-mana, Nak. Di luar, orang-orang lebih kejam dan gemar melanyak."

Sambil menyuapi bubur rayu, ibu terus berkisah. Tuturannya penuh pujuk empenak.

"Iya bu, di sini saja enak," katanya seraya menyeruput rayu bedegap.

Si anak senyam-senyum gembira memegangi pipinya yang makin gembil. Tangannya mulai berdaging. Rambutnya memanjang, hitam legam.
Tanpa sadar, kakinya membiru.
Hampir busuk.
Sebentar lagi, bernga dan belatung bercokol di pergelangannya.

"Jangan ke mana-mana, Nak. Di sini saja, aman."

Kota itu, Jakarta.

Penuh bernga dan belatung.