Rabu, 08 Mei 2019

Bu, Aku Membesar

Bu, ayo kita menyulam baju. Bajuku sudah tak muat lagi. Badanku membesar. Kalau aku telanjang, pedagang-pedagang di pasar bakal berkerumun. Lalu aku jadi rebutan. "Ayo sini ke kios, aku punya koleksi baju-baju besar untukmu...Hahahaha..." Lalu aku terimpit gelegar tawa yang memekak di kuping, nyaring, sampai mengiris liang telingaku.
.
Bu, ayo kita ke tukang sepeda, beli baru. Badanku sudah membesar.
Tukang becak enggan datang lagi. "Ah, berat," katanya. Kalau kita tak beli sepeda, aku akan jalan kaki ke sekolah, berkilo-kilo jauhnya. Keningku basah keringat dan kakiku yang tanpa alas akan menginjak aspal yang bringas. Lalu aku bakal saban hari menangis saat sampai rumah. Tak ayal kau akan menyumpal mulutku dengan ubi yang kulitnya tak dikelupas hingga suaraku tertelan di kerongkongan.
.
Bu, ayo kita pergi. Badanku membesar. Tuan Jatilawang akan tertawa dan dia akan berkoar-koar: "Ada yang tak sedap dipandang. Ayo kita datang, dan jangan lupa bawa busur panah!"
.
Bu, ayo kita pergi. Tak bisa aku berkelit, aku membesar dan kita hidup di dunia yang penuh mata. Orang lapar karena mata, haus karena mata, kaya karena mata, miskin tersebab mata, utang disahur mata. Badanku membesar dan gampang ditangkap mata. Sebentar lagi aku mati karena mata, mata. Mata-mata Tuan Jatiwalang.
.
Bu, aku membesar dan mataku berkunang-kunang.